ETIKA
ORANG YANG BERILMU
Juli
Astuti, M.Pd[1]
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal
shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, karena ilmu merupakan
bagian dari jihad di jalan Allah SWT. Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa
saja yang dikehendaki oleh Allah SWT. Orang yang diberikan kesempatan oleh
Allah SWT memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan
suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena
dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini secara benar
dan hakiki.Seorang yang memiliki ilmu harus memiliki etika. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan
perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan
demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan
harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dsb.
Di bawah ini beberapa etika yang harus dimiliki oleh orang yang berilmu, yaitu :
1.
Ikhlas
ketika mengajarkan ilmu
Hal pertama yang harus digunakan sebagai senjata
dan tolak ukur bagi penuntut ilmu adalah ikhlas karena Allah ta’ala, baik dalam
ucapan maupun perbuatan. Sebab, Allah tidak akan menerima amal kecuali didasari
ikhlas karena-Nya. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(TQS. Al-Bayyinah
[98] : 5) Bila penuntut ilmu
mengikhlaskan amalnya karena Allah, niscaya ia akan mendapatkan pahala yang
besar, usahanya akan diberkahi dan ia akan mendapatkan kemuliaan yang diberikan
oleh Allah kepada ilmu, ulama dan siapa saja yang menempuh jalan mereka.
2.
Bersikap
Tawadhu’
Sikap
Tawadhu’ merupakan salah satu kunci keberhasilan menyampaikan ilmu. Allah SWT
berfirman :
وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.(QS Asy-Syu’ara 26
:215). Bahkan merupakan sebab naiknya derajat seseorang, baik di sisi Allah SWT
maupun di mata manusia. Nabi bersabda: “ dan tidak ada seorang pun yang
bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali pasti Allah akan mengangkat derajatnya.
Para penuntut ilmu hendaknya
tetap berpegang teguh dengan sifat tawadhul serta mewaspadai sifat ujub dan
merasa bangga dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Begitu pula,
hendaklah ia mengetahui kemampuan dirinya dan tahu bahwa ia masih dalam taraf
menuntut ilmu, meskipun ia telah mencarinya secara mendalam. Jangan sampai ia
menyangka bahwa dirinya telah menjadi alim lalu merasa cukup dan berhenti
menuntut ilmu.
3.
Mengamalkan
ilmu yang dimiliki
Inilah
keuntungan orang berilmu, yaitu beramal atas dasar ilmu. Namun jika ilmu yang
dimiliki ternyata bertentangan dengan amalnya maka akan menimbulkan kerugian
baginya. Allah SWT memperingatkan dalam firmanNya:
“
Hai Orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian Allah ketika kamu mengatakan apa- apa yang tidak
kamu kerjakan (QS. Ash Shaff 61 : 2-3).
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disertai
amal. Sedangkan, orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya, kelak pada
hari kiamat ia akan ditanya tentang ilmunya.
Seorang penuntut ilmu harus menundukkan nafsunya
dengna meninggalkan kemaksiatan. Sebab, hal itu akan membantunya untuk
mendapatkan barakah ilmu dan cahayanya serta keikhlasan di dalam mencarinya.
4.
Tidak
bakhil dengan ilmunya
Allah
SWT berfirman artinya: Dan ( ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari
orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “hendaklah kamu menerangkan isi
kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikan.”( QS Ali Imran 3 :
187)
Rasulullah
mengancam orang yang bakhil dengan ilmunya dalam sabdanya : “ Barang siapa
ditanya tentang ilmu( agama) lalu ia menyembunyikannya, maka kelak pada hari
kiamat Allah akan mengikatnya dengan
tali kekang dari api neraka.” ( HR. Abu Dawud: 3660, shahih at- Targhib wat –
Targhib: 120). Seorang penuntut ilmu
syar’i hendaknya bersemangat dalam menyebarkan ilmu kepada manusia,
mengingatkan mereka dengan urusan agama, memperingatkan dari kelalaian dan
kemaksiatan serta mengajarkan hukum halal dan haram. Seorang penuntut ilmu juga
harus menyeru di jalan Allah dengan benar, terutama kepada keluarga, kerabat,
tetangga dan umumnya kaum muslimin yang berada di sekitarnya dengan penuh
hikmah dan nasihat yang baik, tidak takut dalam dakwahnya terhadap celaan para
pencela.
5.
Lemah
lembut kepada murid
Dengan sifat lemah lembut inilah Rasulullah berhasil
mendidik para muridnya dengan keberhasilan yang luar biasa. Allah SWT
menceritakan (artinya) : Maka disebabkan rahmat dari Allah- lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS Ali Imran 3 : 159)
Rasulullah sendiri menerangkan faedah dari sikap
lemah lembut ini dalam sbdanya: “ sesungguhnya tidaklah sifat lemah lembut itu
ada pada diri seseorang kecuali pasti akan menghiasinya dan tidaklah di cabut
dari diri seseorang kecuali pasti memburukkannya” (HR. Muslim: 2594)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar