Senin, 09 September 2019

Etika Orang Yang berilmu

ETIKA ORANG YANG BERILMU
Juli Astuti, M.Pd[1]
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, karena ilmu merupakan bagian dari jihad di jalan Allah SWT. Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah SWT. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini secara benar dan hakiki.Seorang yang memiliki ilmu harus memiliki etika. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dsb. Di bawah ini beberapa etika yang harus dimiliki oleh orang yang berilmu, yaitu :
1.    Ikhlas ketika mengajarkan ilmu
Hal pertama yang harus digunakan sebagai senjata dan tolak ukur bagi penuntut ilmu adalah ikhlas karena Allah ta’ala, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sebab, Allah tidak akan menerima amal kecuali didasari ikhlas karena-Nya. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(TQS. Al-Bayyinah [98] : 5) Bila penuntut ilmu mengikhlaskan amalnya karena Allah, niscaya ia akan mendapatkan pahala yang besar, usahanya akan diberkahi dan ia akan mendapatkan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada ilmu, ulama dan siapa saja yang menempuh jalan mereka.
2.    Bersikap Tawadhu’
Sikap Tawadhu’ merupakan salah satu kunci keberhasilan menyampaikan ilmu. Allah SWT berfirman :
وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.(QS Asy-Syu’ara 26 :215). Bahkan merupakan sebab naiknya derajat seseorang, baik di sisi Allah SWT maupun di mata manusia. Nabi bersabda: “ dan tidak ada seorang pun yang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali pasti Allah akan mengangkat derajatnya. Para penuntut ilmu hendaknya tetap berpegang teguh dengan sifat tawadhul serta mewaspadai sifat ujub dan merasa bangga dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Begitu pula, hendaklah ia mengetahui kemampuan dirinya dan tahu bahwa ia masih dalam taraf menuntut ilmu, meskipun ia telah mencarinya secara mendalam. Jangan sampai ia menyangka bahwa dirinya telah menjadi alim lalu merasa cukup dan berhenti menuntut ilmu.
3.    Mengamalkan ilmu yang dimiliki
Inilah keuntungan orang berilmu, yaitu beramal atas dasar ilmu. Namun jika ilmu yang dimiliki ternyata bertentangan dengan amalnya maka akan menimbulkan kerugian baginya. Allah SWT memperingatkan dalam firmanNya:
“ Hai Orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian Allah ketika kamu mengatakan apa- apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ash Shaff 61 : 2-3).
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disertai amal. Sedangkan, orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya, kelak pada hari kiamat ia akan ditanya tentang ilmunya. Seorang penuntut ilmu harus menundukkan nafsunya dengna meninggalkan kemaksiatan. Sebab, hal itu akan membantunya untuk mendapatkan barakah ilmu dan cahayanya serta keikhlasan di dalam mencarinya.

4.    Tidak bakhil dengan ilmunya
Allah SWT berfirman artinya: Dan ( ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikan.”( QS Ali Imran 3 : 187)
Rasulullah mengancam orang yang bakhil dengan ilmunya dalam sabdanya : “ Barang siapa ditanya tentang ilmu( agama) lalu ia menyembunyikannya, maka kelak pada hari kiamat Allah akan mengikatnya  dengan tali kekang dari api neraka.” ( HR. Abu Dawud: 3660, shahih at- Targhib wat – Targhib: 120). Seorang penuntut ilmu syar’i hendaknya bersemangat dalam menyebarkan ilmu kepada manusia, mengingatkan mereka dengan urusan agama, memperingatkan dari kelalaian dan kemaksiatan serta mengajarkan hukum halal dan haram. Seorang penuntut ilmu juga harus menyeru di jalan Allah dengan benar, terutama kepada keluarga, kerabat, tetangga dan umumnya kaum muslimin yang berada di sekitarnya dengan penuh hikmah dan nasihat yang baik, tidak takut dalam dakwahnya terhadap celaan para pencela.

5.    Lemah lembut kepada murid
Dengan  sifat lemah lembut inilah Rasulullah berhasil mendidik para muridnya dengan keberhasilan yang luar biasa. Allah SWT menceritakan (artinya) : Maka disebabkan rahmat dari Allah- lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS Ali Imran 3 : 159)
Rasulullah sendiri menerangkan faedah dari sikap lemah lembut ini dalam sbdanya: “ sesungguhnya tidaklah sifat lemah lembut itu ada pada diri seseorang kecuali pasti akan menghiasinya dan tidaklah di cabut dari diri seseorang kecuali pasti memburukkannya” (HR. Muslim: 2594)



[1] Dosen STIT Islamic Village Tangerang

Tidak ada komentar:

Etika Orang Yang berilmu

ETIKA ORANG YANG BERILMU Juli Astuti, M.Pd [1] Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya a...